Pengalaman Mengamalkan Mantra Penangkap Ikan Warisan Suku Bajo
Semua pedagang
bahkan para juragan ikan di tempat pelelangan ikan pasti
mengenalnya.Maklum,disamping muda,ganteng dan berkulit putih,soni adalah salah
satu dari sekian banyak sosok yang memiliki beberapa buah kapal untuk
penangkapan ikan.
Caranya bergaul dan
mau bersahabat dengan siapapun,membuat soni sosok yang disegani sekaligus
dikenal paling dermawan di tempat ia berusaha maupun di tempat tinggalnya.
Namun,kehidupan
dunia tak pernah ada yang abadi.Sekali di atas,kadang harus pula mau di
bawah.Keadaan itulah yang kini terjadi pada soni.Entah kenapa,hasil tangkapan
ikannya terus saja menurun,sehingga,beberapa kali terpaksa harus menanggung
kerugian yang lumayan besar.
Ia pernah berbicara
dari hati ke hati dengan nahkoda kapalnya.’’Tolong jelaskan dengan jujur,kenapa
hasil tangkapan kita terus menurun?’’katanya pada suatu hari.
Sambil
menggeleng-gelengkan kepala,sang nahkoda yang sudah bekerja selama tujuh tahun
itu tak mampu menjawabnya,selain hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak
gatal.
Soni pun kembali
mengulang pertanyaannya.Sekali ini,dengan nada lirih,sang nahkoda pun menjawab;
‘’Jujur pak Soni,saya sudah mengarahkan kapal ke tempat-tempat ikan sesuai
petunjuk GPS,tetapi ,entah kenapa,yang didapat selalu tak seberapa.’’
‘’Apakah ada yang
salah pada GPS kita?’’tanya Soni lagi.
‘’Saya sudah
tanyakan kepada ahlinya,tidak ada yang salah.’’jawab sang nahkoda dengan nada
berat.
‘’Baiklah kalau
begitu,tetap semangat,’’ujar Soni sambil menepuk bahu sang nahkoda ,kemudian
berjalan menuju mobilnya.
Ia pun mengendarai
mobilnya menuju ke rumahnya.Beragam pertanyaan menari-nari di
benaknya,namun,tak ada satupun yang mampu dijawabnya.Sesampainya di rumah,ia
pun duduk sambil menghembuskan napas berat.
Melihat suaminya
pulang,Dewi segera menyiapkan segelas minuman dingin dan duduk di depannya.’’Pa,bagaimana
hasil tangkapannya?’’tanya Dewi dengan hati-hati.
‘’Masih sama seperti
kemarin Ma,’’jawab Soni sambil minum.
‘’Mungkin kita kurang beramal,’’kata Dewi sambil tersenyum.
Soni hanya tersenyum
sambil berkata,kita sedang di coba.Mudah-mudahan Allah segera memberikan jalan
yang terbaik pada kita semua.’’
‘’Amin...Allahumaamin,’’jawab
Dewi.
Waktu terus
berlalu,usaha Soni pun kian terpuruk.Villa dan kebunnya kian
tergadai,bahkan,dua dari empat kapalnya pun sudah di agunkan untuk sekedar
menutup biaya operasional keempat kapalnya yang tetap saja melaut.
Hingga pada suatu
hari,sang nahkoda kapal yang bernama Harun menemuinya.
‘’Bapak,saya mohon izin beberapa hari untuk pulang karena
ibu saya sakit keras.’’
‘’Ow...semoga ibu Abang cepat sembuh.Dan saya hanya bisa
membantu sedikit buat sekedar ongkos dan oleh-oleh,’’kata Soni sambil membuka
laci mejanya untuk mengambil sejumlah uang dan menyerahkannya kepada Harun.
Harun menerima
pemberian tulus Soni dengan mata berkaca-kaca.Dengan tersendat ia pun berkata,’’Maaf,belakangan
saya ini berdosa karena tidak mendapatkan hasil sebagaimana yang Bapak
harapkan.Tetapi jika kembali nanti,apakah saya masih bisa bekerja dengan bapak?’’
Soni tersenyum
sambil berkata,’’Abang sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri.Setelah ibu
sehat,segeralah kembali dan bekerja seperti biasa’’.
Terimakasih Pak,’’kata
Harun yang langsung mohon diri untuk kembali ke kampung halamannya di makasar.
Singkat
kata,sesampainya di rumah,Harun melihat sang ibu telah berangsur sehat.Ia
langsung bersimpuh dikaki sang ibu sambil meminta maaf karena sudah lima bulan
tak pernah menjenguknya barang sekalipun.Sang ibu yang mafum dengan keadaan
anaknya langsung memeluk sang buah hati dengan erat.Keduanya pun bertangisan
untuk sekadar melepas rindu.
Dua hari
kemudian,tanpa sengaja Harun melihat Ridwan,sahabatnya ketika SMA melintas di
depan rumahnya.Harun pun memanggil,’’Ridwan....!’’
‘’ Ah...engkau
rupanya,kapan datang?’’tanya Ridwan sambil menggenggam tangan Harun erat.
‘’Kemaarin ,aku
sengaja izin untuk menengok ibu,’’kata Harun sambil mendesak Ridwan untuk
singgah barang sebentar.
Singkat
kata,keduanya langsung terlibat dalam pembicaraan yang hangat.Cerita-cerita
kenakalan semasa kecil langsung saja terlontar silih berganti dari mulut
keduanya.Gelak tawapun langsung terdengar.
‘’Kudengar sekarang
jadi nahkoda kapal penangkap ikan?’’tanya Ridwan.
‘’Benar tapi belakangan,hasilnya tidak pernah memadai.Rugi
terus,aku kasihan sama Pak Soni,’’keluh Harun.
‘’Siapa?’’Tanya Ridwan penasaran.
‘’Bos...orangnya baik,untung maupun rugi di tanggung
sama-sama.Itulah yang membuat kami seolah keluarga,’’jawab Harun singkat.
‘’Dahulu,waktu
SMA,siapa yang bisa menang melawan aku kalau mancing?’’Tanya Ridwan dengan
bangga sambil mengingat masa itu.
‘’Ha...ha...ha...mulai menyombongkan diri lagi,’’tukas Harun
dengan nada sengit.
‘’Bukan itu,aku menang karena tiap memancing selalu
menggunakan mantra warisan dari sahabat ayahku yang orang bajo,’’kata Ridwan
dengan nada sungguh-sungguh.
‘’Hah...,’’hanya itu
yang terlontar dari mulut Harun.
‘’Jika engkau bersedia,aku akan pulang untuk mengambil
catatannya.Karena,mantra untuk memancing dan menjaring berbeda,’’ujar Ridwan
sambil berdiri.
‘’Oh silakan,nanti
aku akan ke rumahmu,’’kata Harun.
‘’Tidak usah usai
maghrib aku akan datang kesini,’’jawab Ridwan dengan mantap.Singkat kata,usai
maghrib.kedua sahabat itu kembali duduk bersama di rumah Harun.Dari dalam
sakunya, Ridwan mengeluarkan secarik kertas yang bertuliskan;
Bismillahirrahmanirrahim.
Oh dayah,
Kau palikka tannu,
Tikka ma jabal nur,
Kau nabinu nabi nun,
Anu teo patutukunu.
‘’Ketika akan
memasang pukat,bacalah mantra itu penuh keyakinan kepada Allah SWT akan selalu
memberikan yang terbaik bagimu,’’kata Ridwan dengan penuh keyakinan.
‘’Baik..akan
kujalankan petunjukmu ini dengan seksama.Tapi,bagaimana jika mantra ini
kuberikan kepada mereka yang bertugas memasang pukat?’’tanya Harun harap-harap
cemas.
‘’Silakan saja dan
berikan hanya kepada yang engkau percayai,’’kata Ridwan mengingatkan.
Akhirnya menjelang tengah malam,keduanya pun
berpisah.Apalagi,esoknya Harun harus segera kembali ke Jakarta untuk bekerja.
Dua hari kemudian,Harun
sudah kembali melaut.Kali ini,hatinya benar-benar mantap.Ia yakin Tuhan pasti
memberikan cobaan sebatas kemampuan umatnya dalam memikul.
Di tempat yang di
anggap benar-benar tepat,para pemasang pukat mulai menjalankan
aksinya.Sementara kapal berlayar dengan perlahan.Seiring dengan terbitnya sang
mentari di ufuk timur,kesibukan pun mulai terjadi.Seluruh anak buah kapal pun
sibuk dengan tugasnya masing-masing.
Tak lama
kemudian,terdengar teriakan gaduh;’’Subhanallah...luar biasa...bukan main...!’’
Harun segera
memerintahkan asistennya untuk mencari tahu.Tak lama kemudian,sang asisten
kembali sambil berkata;’’tangkapan kita hari ini benar-benar luar biasa.’’
Harun segera melakukan sujud syukur dan langsung menghubungi
Pak Soni.
‘’Assalamualaikum...berkoat Doa Bapak dan semua
keluarga,tangkapan kita hari ini benar-benar memuaskan.’’
0 Response to "Pengalaman Mengamalkan Mantra Penangkap Ikan Warisan Suku Bajo"
Posting Komentar
Komentar Anda Difilter, Komentar Spam Akan Segera Dihapus